
Maumere》Jagamerahpurih.com — Setelah resmi dibentuk pekan lalu, Tim Respon Cepat (TRC) Penanggulangan Rabies Desa Kopong, Kecamatan Kewapante, langsung bergerak cepat menindaklanjuti tugas mereka dalam upaya pengendalian rabies berbasis komunitas. Sejumlah kegiatan intensif telah dilaksanakan secara serentak di seluruh RT, melibatkan partisipasi aktif masyarakat, aparat desa, dan tokoh lintas sektor.
Kegiatan dimulai setiap hari dengan apel kekuatan di halaman Kantor Desa Kopong, dipimpin oleh Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) bersama Kepala Desa. Apel ini menjadi momen penting untuk konsolidasi, pembagian tugas, dan penyampaian arahan teknis sebelum TRC dan relawan bergerak ke lapangan.
Salah satu agenda utama yang langsung dijalankan adalah pendataan hewan penular rabies (HPR) di setiap RT, terutama populasi anjing milik warga. Pendataan dilakukan dari rumah ke rumah, sekaligus menyampaikan himbauan kepada pemilik anjing agar mengikat atau mengurung hewan peliharaan mereka sesuai protokol pencegahan rabies.
“Penertiban HPR penting untuk mencegah kontak antar HPR, termasuk antara HPR dan manusia, terutama anak-anak,” jelas Koordinator TRC Rabies Desa Kopong, Anastasia Ana Lince yang juga adalah Sekretaris Desa Kopong.

Selain pendataan, tim juga melaksanakan sosialisasi rabies secara masif di sekolah-sekolah, serta di lingkungan gereja saat ibadah hari Minggu. Materi edukasi meliputi cara penularan rabies, tanda-tanda klinis pada hewan, kewajiban ikat/ kurung HPR, menghindari kontak dengan HPR, serta langkah cepat yang harus dilakukan jika terjadi gigitan. Para siswa dan umat diberikan selebaran edukatif dan diajak menjadi duta informasi untuk keluarga masing-masing.
Sebagai tindak lanjut, TRC bersama aparat desa pun telah melaksanakan eliminasi selektif terhadap HPR liar dan tidak berpemilik, yang dilaksanakan sesuai prosedur teknis. Tahapan ini melibatkan peran serta babinsa dan babinkamtibmas yang juga tergabung dalam TRC desa, dengan dukungan dari masyarakat.
Menariknya, seluruh rangkaian kegiatan harian ditutup dengan evaluasi kerja pada sore hari, dipimpin langsung oleh Ketua BPD dan Kepala Desa Kopong. Evaluasi ini bertujuan untuk meninjau capaian harian, mencatat kendala lapangan, dan menyusun strategi perbaikan untuk hari berikutnya.
“Keseriusan kami dalam menangani rabies bukan sekadar simbolik. Evaluasi harian ini penting agar setiap langkah kami benar-benar terukur dan berdampak langsung bagi keselamatan warga,” ungkap Donatus Dainu, Ketua BPD Kopong.
Langkah cepat dan terpadu yang diambil oleh TRC Rabies Desa Kopong mendapat apresiasi dari masyarakat dan pemerintah kecamatan, serta diharapkan menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam membangun kesadaran kolektif terhadap bahaya rabies. (*Maria A. Yersi)